At first I was thinking not to celebrate anything.
I used to celebrate my birthday with my only two best-friends-since-childhood back in Indonesia. Sometimes with some close friends from my bachelor degree who were working in Jakarta and had time to celebrate with me. So seldom with my family, because I usually didn’t have days off from work on my birthdays. Home was 1.5 hours flight away from Jakarta. So I usually saved my days off for Idul Fitri celebration. I remember, the last birthday I spent with my Mom and Dad was on 2012, at the hospital in Kuching, Malaysia because my Dad had to be hospitalized due to a heart attack.
Last year was the first birthday apart from everyone I used to celebrate with.
I spent my “big” 30th birthday only with my flatmate at the moment because all of my new friends, ones that I considered as close friends were not in Karlskrona. However, it was a good day. We went for ice cream, then pizza, then watch movies (The Raid and Kill Bill ~ a hell of birthday movies). He was a really good company, keeping me from being sad for that was my first birthday without my best friends, and also my first birthday after my Dad passed away and Mom was 10.000 miles away. And a week later, some of my friends were back, and we’re celebrating my birthday with watching the final of World Cup 2014, as well as making it a farewell party for a friend who’s going back to Japan on the next day.
This year, I was thinking not to celebrate anything. I’m no longer communicating with my (now ex-)flatmate for some reasons. Some of the friends that I knew from last year were leaving Karlskrona already. I didn’t make a lot of new friends throughout the second year here because I preferred to have an in-depth relationship with my depression. And I still think that any celebration to have since my Dad passed away is going to be a sad celebration anyway. True, I’m still grieving. It just won’t go away no matter how hard I tried.
But anyhow, I wanted to feel happy if only for a day, for my birthday.
The thing is one of my new friends who I hang out with recently, had to move out from Karlskrona on Saturday, to another city where she has her job. Another one of them would probably leave on the weekend to his hometown for a summer holiday. I don’t have many friends left to celebrate my birthday with, that’s why I decided to celebrate it early. So, the celebration was starting on Friday night.
I made an Indonesian traditional birthday dish, nasi kuning (yellow rice), with all its side dishes that I could afford to make: tempe kecap (tempeh with sweet soy sauce), kering kentang (fried shredded potato), telur dadar (shredded omelet), ayam kecap (sweet soy sauce chicken) and sambal balado (balado chili sauce). I also made a vanilla cake with cream cheese frosting that tasted heavenly (I swear!). My friends (Lithuanian, Greek, Swedish and Turkish) loved my food. I was happy.
The next day, one of my Indonesian friends invited me to celebrate his son’s first birthday. So, another Indonesian food and Swedish typical birthday cake, princestårta to enjoy. Then some of the friends asked to go to a swimming park in Ronneby for the next day, my actual birthday. I was absolutely excited about it, but then we didn’t make it because one of the girls who supposed to drive the car was getting sick. So sorry for her.
On my birthday, since we canceled the Ronneby trip, I was staying in my bed until 11 o’clock in the morning. Then I checked my phone and got messages from my family and best friends. I was not excited to do anything until I decided that I wanted to feel happy again, on my actual birthday day!
So, I texted one of my Indonesian friends to enjoy ice cream with me. It was a really warm day, ice cream would be perfect. She and her husband agreed. Then we met another Indonesian friend and her family in the ice cream place also. It was an unplan small birthday celebration with them. Later on, my friend and her husband asked me to join them for a short trip outside the town. Even though the husband said that it might me boring, but I joined anyway. It was nice to go outside of Karlskrona for a while. Don’t get me wrong. I love Karlskrona, but I’m getting bored by being lonely too much.
Before we left, I turned on my birthday information on facebook to be able to be viewed by my facebook friends. I normally just keep the information for myself. I don’t really like people to know my birthday, except for my close friends and family who I expect would know it by heart. But yeah, something different might do me good. However, I don’t have internet access to check on my facebook anytime anywhere. So, after went back home, I felt more happy to found that a lot of my international friends wrote me birthday wishes.
I’m still fighting my sadness and depression, but it felt good that I could make myself happy on my birthday weekend. 🙂
Jumat kemarin gue nginep di rumah temen Indonesia yang punya anak dua, cewe dan cowo. Anak-anaknya demen banget kalo gue dateng nginep, secara dapat temen main tambahan. Dikit-dikit dipanggil dan ditarik-tarik.
“Kakak Aftriii… Siniii… Blundaaa!!” | “Heh, blunda apaan, Kakak Aftrii ga ngertii! | (trus emaknya nyaut) “Blunda itu pejam mata, Aftri. Linus, bilangnya: kakak Aftri, pejam.” | (Linus narik-narik tangan lagi sambil treak) “Kakak Aftriii, siniii.. Pejaaam!!” (beberapa lama kemudian) “Sekarang tengok!” (linus-nya ilang, padahal keliatan banget ada buntelan di bawah selimut)| “Linus mana yaaaa, aduh ini tempat tidurnya enak banget. Kakak Aftri tiduran di sini ah.” (sambil nimpa badan Linus, linus pun treak-treak).
Lovisa dan Linus – Summer 2014
Lumayan main sama mereka ini mengurangi stress ngerjain thesis. Malemnya anak-anak tidur, gue nonton pilem sama emaknya sampe jam 2 pagi.
Berhubung paginya mau pulang naik bis jam 10 karena udah diundang makan-makan ama temen, tidur lah kami biar bangun ga kesiangan.
Ga lama tidur, gue kebangun karena keinget ama thesis gue. Blah. Udah kebangun gini, ya kerjain bentar lah ya. Ga lama, suasana kok berubah jadi kayak di perpus, tempat nongkrong gue sehari-hari ngerjain thesis. Trus tiba-tiba ada cowo ganteng yang duduk deket tempat gue nongkrong. Biasanya kalo ada yang nyelonong sembarangan gini gue suka sebel, kayak ga ada tempat lain aja di perpus sini ih! Tapi berhubung yang kali ini ganteng, jadi dibiarin aja. *halah* Pas diliat-liatin, lah pantensan ganteng, ternyata Benedict Cumberbatch loH!!
Ternyata dia lagi ngerjain thesis juga di kampus gue. Ih tau gitu kan gue biar satu kelompok aja sama dia ya. Dia kan pinter banget itu kayak Sherlock Holmes. Thesis gue semalam langsung selese deh pastinya! Lagi ngarep-ngarep, tiba-tiba Lovisa, kakaknya Linus, nongol aja di sebelah gue.
Lovisa bilang, “Kakak Aftri, thesis Lovisa udah selesai.” Iiiiiih.. Lovisa hebat banget siii, kamu kecil-kecil gini kok thesis-nya cepet banget selesai. Kakak Aftri sedih deh thesisnya kok ganti-ganti mulu ya. Emang Lovisa thesis-nya bikin apa sih? Dijawab lah sama Lovisa, “itu, jagain kura-kura sebulan. Kura-kuranya ada tiga. Trus bikin laporannya, dikumpulin deh ke bu Guru.”
Ga lama, ada yang masuk kamar deh. Eh ngeliatin kakak Aftri masih tidur, keluar kamar lagi. Ga berapa menit masuk lagi, trus Kakak Aftri terpaksa bangun tidur beneran deh. Ternyata tadi cuma mimpi yah..
“Pagi Linus…” ~~ tidurnya emang di kamarnya Linus kali ini, biasanya dikamarnya Lovisa.
Lampu kamar langsung dinyalain sama Linus. Lovisa langsung bukain jendela. E buset dah, ini Kakak Aftri masih pengen guling-guling dalam kegelapan kalik. Trus Lovisa sama Linus langsung sibuk milih mainan pertama yang mau dimainin hari itu. Dan Linus pun panggil2 Kakak Aftri, “Kakak Aftrii, mau balapan mobil! Kemariii…”
~~~ beneran mimpi yang absurd! Aaaaaah, walau cuma mimpi, Kakak Aftri juga mau dong thesisnya jagain kura-kura doang.
Jadi kan, gue punya dua temen deket dari SD. Udah temenan lebih dari 20 tahun dong jadinya sampe sekarang. Dan emang nasib, dua-duanya memutuskan untuk menikah pas gue lagi travelling berjuang belajar ke luar negeri gini.
Temen gue, Carrie, nikah bulan Oktober 2013. Sebagai kado nikahannya, gue bikinin dia desain undangan. Sambil deg-deg-an nungguin prosesi nikahannya via skype, jadi lah satu tulisan di blog buat doi. Temen gue satu lagi, Nena, nikahnya bulan Mei 2014 kemarin. Dan sampe sekarang, belum-belum lagi muncul tulisan buat dia di blog. Ngamuk looh orangnyaaaah! Ya iyalaaah yaa, kelamaan gitu, sampe-sampe udah jadi bumil cobak. Jadi yaudahlah, dengan berat hati, gue lanjutin nulis juga deh buat doi. *ditabok* 😆
Seperti tulisan sebelumnya buat Carrie, gue mo ceritain tentang Nena deh. Kalo gue kenal Carrie sejak kelas 4 SD, gue udah kenal Nena sejak kelas 2 SD. Dan yap, sekelaaaas terus sampe kelas 2 SMP. Bosen ga sih? Hahaha. Gue sungguh ga inget awalnya gimana bisa jadi deket sama ini bocah, tau-tau udah se-geng aja berlima. Padahal awalnya Nena ini deketnya cuma sama (alm) Yeyen dan Ulma. Dan tiga-tiganya rebut2an buat jadi ranking satu lah dulu. Gue mah cukup puas jadi ranking 4 terus. *eh ga inget juga sih, ini cuma pencitraan*
Dari kecil, doi ini perawakannya udah kayak model. Cantik dan semok 😛 Banyak cowo-cowo kepincut sama dia, bikin gue iri aja. *dih padahal masih kicik kicik itu ya* Dan ini juga sepertinya yang jadi bahan beranteman antar temen se-geng dulu. Se-geng loh kami ini, tapi jangan dikira isinya rukun-rukun mulu ya. Kalo diinget sekarang, keknya lebih banyak berantemnya daripada rukunnya. 😆 Jadi Nena, Carrie, dan dua temen lainnya ini.. ngg.. Anu.. suka rebutan cowok. Bwahahahaha!
Berhubung gue orangnya culun, dan mama papa bilang ga boleh pacaran kalo masih kicik, jadi gue kalo suka cowo mah diem-diem aja. Cukup puas dengan Ronan Keating sih waktu itu. Itu pun dengan penuh perjuangan (dibantu Carrie), karena gue harus rebutan Ronan sama Nena. Cobak deh. Cowo dunia maya aja direbutin. 😆
Mana Nena ini anaknya… aduuuuh.. Keras kepala tapi cengeng. *gue kok buka aib mulu ya, sungkem ke Nena* Sama sih kayak gue juga, tapi kalo doi lebih all-out. Kalo gue tipenya yang masih bisa nahan-nahan marah dan nangis kalo di depan orang (treak2 dan nangis2nya ntar kalo udah sendirian di kamar), nah si Nena ini, langsung deh mbleber air mata dan argumentasi kalo berantem ama dia. Berantemnya ama Carrie pulak, yang keras kepala dan ga cengeng. Jadi deh Nena kebanyakan jadi korban yang tertindas. Hahahahaha. Nah kalo udah gitu, doi terus laporan ke nyokapnya yang kerja di sekolah. Lalu lah kelima anak yang kebanyakan ulah ini sering banget dipanggil guru BP, wali kelas, dkk, buat merukunkan kami kembali. 😆
Gue sampe sekarang ga ngerti, kenapa gue harus berada di situasi antara berantemnya Carrie dan Nena ya waktu kecil. Gue kan ga salah apa-apaaa.. Bukan gue yang rebutan cowoook! Kok gue ikut-ikutan dimarahin juga sama Pak dan Bu Guruuu! 😆
Anyway, justru temenan kayak gini kali ya yang bisa bikin kami awet sampe sekarang. Tenang, tenang. Ga cuma berantem-berantemnya aja kok yang diinget. Kalo dirunut kembali, kami ini bener-bener anak baik sebenernya. Itu beneran deh kalo berantem, urusannya cuma cowok kok. Yakin gue! 😆 Selain itu, untuk urusan sekolah, masing-masing saling membantu buat jadi siswa berprestasi. Bantu nyontek-menyontek misalnya. Hahahahaha. Urusan kegiatan ekstrakurikuler, Nena tetep klop sama Carrie, karena dua-duanya seneng outdoor activity. Kalo gue.. ng.. baca tulisan yang buat Carrie aja deh ya.. 😆
Trus kami seneng juga kalo main atau nginep di rumah Nena, karena doi punya koleksi baju yang lucu-lucu. Hiahaha. Jadi lah kami sering loh ke rumahnya dia buat sesi poto. Ganti-gantian pake baju-bajunya Nena itu. Gue masih ada tuh koleksi potonya di rumah di Pontianak. Malu-maluin tapi lucuuuu! 😆 *dan daku paling ndut*
Sama kejadiannya seperti Carrie dulu, kami berpisah di kelas 2 SMP di tahun 1997 dan ketemu lagi setelah mulai kerja di Jakarta tahun 2009. Walopun sejak SMP masih berusaha kirim-kirim surat dkk, memang sempat putus hubungan dulu dengan nyamuk. Tapi sejak tahun 2009 itu juga, gue ga pernah pisah main sama Nena dan Carrie. Keknya kalo ga ketemuan satu minggu aja, udah sakaw lah mau karaokean.
Iyaaaaaa, Nena ini temen karaoke-ku yang sejatiiii.. Bisa loh kami karaokean berdua 3 jam, sampe suara udah gak ada. Yang dinyanyiin lagu-lagunya Celine Dion, Mariah Carey, pokoknya yang membunuh pita suara deh! 😆 Daku merasa hampa ini sejak di Eropa, ga bisa karaoke treak2 puas kayak di Jakarta dulu. Hiks.
Meskipun suka sakaw kalo ga ketemuan seminggu, tapi yang nyebelin dari nih anak ya pas kalo diajak ketemuan, doi ga mau jauh-jauh dari kos2an atau kantornya dia. Hisssshhhh… Sampe sekarang masih jadi bahan kebetean gue dan Carrie loh ituuu! 😆 Iya sih emang dia yang tinggalnya di tengah-tengah kota Jakarta nan kejam itu. Tapi boleh dong banyak kali sekali-kali main ke Jakarta Barat. 😛
Anyway, neng Nena ini, walopun nama panggilannya sunda bianget, tapi namanya aslinya itu Verheina Rezania. Hayo loh! Jangan sampe salah baca namanya, bisa dikutuk tujuh turunan sama dia. Baca namanya yang bener itu: Ve-rheina, bukan Ver-heina!
Wingardium Levi-ooo-sa, not Levio-saa! 😆
Ada cerita nih. Kan di Indonesia, pada demen tuh ditelponin sales ini itu, nawarin kartu kredit lah, pinjeman lah, apa lah. Kali bentar lagi ada yang nawarin buat kawin. *lospokus* Nah, suatu hari, si neng itu ditelpon lah ama mbak-mbak sales ini. Si mbak nggak bisa nyebut nama doi dengan baik dan benar, ujung-ujungnya malah dipanggil Ibu Reza. Abis lah itu mbak-mbak di semprot: “VE-RHEINA! Kalo gak, Nena aja! Bukan Ve doang, bukan Ibu Reza jugak!” 😆
Tapi sekarang doi kena karmanya. Nikahnya dengan pria bernama Reza. Jadi Ibu Reza beneran diaaaa! AHAHAHAHA! *ditabok*
Aaahhh.. Kangeeeeen!! 😥
Happy Wedding ya, sayangkuuuu!
Maaf ini, epi ga bisa ngado apa-apa. Huhuuhuu.. Situ sih mo dibikinin desain undangan juga malah ga mau. Daku cuma jadi backup plan dirimu saja. Kan aku merasa useless *haiyah*. Tadinya sih gue janji mo bikinin doi video, yang isinya gue lagi nyanyi ditemenin permainan piano-nya Ayaka (temen Jepang di Swedia dulu). But I’m sooooo sorry, my life was so busy being depressed. 😥 Mana gue batal menyaksikan prosesi nikahan lo live via skype (untuk ini, gue salahkan ke Carrie sepenuhnya, dendam kesumat deh). Jadi kan daku cuma bisa sedih ngeliatin poto-poto doang di Path dan Fesbuk. *lebay amat sih gue, biarin!*
Sempet juga sih gue bikin video gue nyanyi buat doi, ngerekam sendiri pake Photo Booth-nya Mac, diiringi lagu karaokean dari youtube. E tapi pas udah jadi dan diliat-liat lagi, dakunya malu. Norak ah diriku. Jadi tetep ga dikasihin deh. Ahahahaha! Minder gitu, ngasih video amatir buat sepupunya penyanyi terkenal ini. 😛
Aaaah, semoga Ibu dan Bapak Reza ini langgeng dunia akhirat yaa.
And now, you’re also expecting! Dream comes true, isn’t it? I’m sooo haappyyy for youu! *big hug*
Words can’t express what I wish for you, but you know I’ll always wish the best for you and your new family. Have a great life ahead, darling! I love you!
Hampir setahun tinggal di Swedia, tibalah saatnya perpisahan dengan teman-teman yang senasib seperantauan. Bertaburanlah tuh janji-janji manis buat mengunjungi mereka di negara masing-masing. Berhubung Mari sukarela nemenin gue pindahan ke Jerman, gue pun sukarela menyaut ajakan dia buat jalan-jalan di sekitaran Jerman. Setelah berdebat soal waktu dan dana, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Budapest, Hungaria, yang mana Vera, temen sepermainan di apartemen dulu juga sukarela menawarkan rumahnya untuk diinepin dua cewe-cewe Asia nan cantik dan lucu ini.
Jadilah tiga hari setelah nyampe Jerman, kami berdua pun sukarela mengambil perjalanan 12 jam naik kereta dari Kaiserslautern (Jerman) ke Budapest (Hungaria) via Austria. Kenapa naik kereta? Lagi-lagi karena pertimbangan gue takut naik pesawat tiket yang murah meriah. Dan dalam 12 jam gue melewati 3 negara aja gitu. Kalo di Indonesia, masih satu negara aja itu ya, Jakarta-Surabaya. x)
Gue ama Mari lagi demen app buat iPhone yang namanya Roadmovies. Jadi selama perjalanan pun kami dikit-dikit bikin video buat mendokumentasikan perjalanan 12 jam ini.
Berangkat jam 9 pagi, nyampe jam 9 malem. Sambil nungguin Vera keliatan batang idungnya, tau-tau gue udah disamperin aja sama dua ibuk-ibuk yang tiba-tiba menjelaskan kalo doi punya anak banyak dan ga punya duit. Lah, tetiba berasa di Indonesia dah gue. Untung trus Vera muncul, dan ibuk-ibuk itu langsung kita bye-bye aja. Vera bilang harus hati-hati dengan yang model begituan, karena tentu biasanya penipuan. Ya kalo situ banyak duitnya dan dermawan, boleh aja lah. Berhubung ane ini turis kere, setiap receh adalah berharga.
Setelah diajak Vera keliling stasiun yang keren abis itu, kami pun langsung pulang ke rumah Vera. Sebelumnya beli tiket dulu buat naik Metro (kereta bawah tanah). Tips and trik, kalo sodara-sodari sekalian adalah pelajar dan punya kartu pelajar, sodara-sodari bisa beli tiket bulanan untuk pelajar yang harganya kurang lebih cuma 10 euro. Dan itu tiket udah bisa dipake untuk semua moda transportasi di Budapest, dari Metro sampe Water Taxi. Asik ya! Murmer! Daku dan Mari pun bahagia.
Mari ini anaknya suka rada teledor gitu deh, tapi dia lucuk, jadi gue kadang ga sempet buat merasa bete sama dia. Seperti tiba-tiba pas abis beli tiket Metro, dan mo buru-buru ngejar kereta, kok doi sibuk nyari tiketnya yang tiba-tiba ilang. Ngeliat mukanya yang culun, adanya kita malah kesian daripada bete. Jadi deh balik lagi ke jalan yang kita lewatin tadi, dan ternyata tiketnya terbaring lemah di lantai dekat eskalator turun. Untung gak ada yang nyomot dan ngambil itu tiket. x)
Sesampenya di rumah Vera, disambut ortunya yang baik hati banget. Nyokap Vera udah nyiapin makan malam aja gitu buat kita. A really yummy tomato pasta! Dan bokap Vera yang ternyata demen banget sama Bali, langsung muterin lagu-lagu traditional Bali. Mana ruang makannya juga pake meja dan kursi yang impor loh dari Bali, plus banyak tanaman hijau. Kami pun berasa di spa, dan gue berasa di Bali. Feels like home already! Sambil ngobrol-ngobrol, ternyata udah jam 2 pagi aja, dan kami pun buru-buru ijin buat tidur, karena besoknya ya pengennya jalan-jalan bukannya molor karena kurang tidur.
Tapi tetep aja itu, besokannya kami bangun jam 10 pagi. We have a lazy morning, dan baru mulai jalan untuk eksplor Budapest jam 1 siang. Hiahahaha. Kalo yang belum tau Budapest itu kota yang dipisahkan sungai Danube. Buda itu kota di bagian timur sungai, dan Pest di bagian barat. Hari pertama ini, kami jalan-jalan ke Royal Palace dan Matthias Church yang letaknya di Pest. Rumah Vera letaknya di Buda. jadi kami nyebrang sungai dong, ga perlu pake ferry, cukup jalan kaki di Jembatan Tua ikon kota Budapest, Széchenyi Chain Bridge. Buat yang ga tahan jalan kaki dan mendaki gunung (apalagi jikalau dikau adalah turis kere), siapin mental dan fisik aja deh ya buat ke dua tempat ini.
Vera was a really good tour guide. She loves her city so much, sampe-sampe tau banget sejarah kota dan negaranya. Daku jadi minder, secara kalo ditanya apa-apa tentang Pontianak, daku nyerah lah. Taunya panas aja dan sering mati lampu. Jadi lah selama kami berjalan kaki kemana-mana itu, bagaikan ikut private tour guide. Semua-semuanya di jelasin sama Vera. Daku pun berjanji dalam hati untuk belajar sejarah Bali. Kenapa Bali? Karena mereka semua pengen pergi ke Bali sama gue. x)
Setelah mendaki gunung dan lewati lembah layaknya Ninja Hattori, pake nyebrang sungai juga loh, kami pun kembali menuju pusat kota di Buda, karena perut-perut kami udah meronta-ronta minta makan. Setelah bingung dengan pilihan makanan ini itu dan demi menghindari makan babi (buat gue doang sih), jadinya kami nemplok di kios di tengah jalan yang di antara berbagai toko baju bermerk yang tak mampu ku beli. Makannya semacam jenis pizza tapi khas Hungaria yang toppingnya adalah lemak angsa goreng garing. Hahahaha. Bisa bayangin ga? 😛 Rasanya? Tetep masih kalah sih dibanding rasa bebek suryo. Ada yang mo ngirimin itu bebek dari Indo? Daku ngidam nih!
Lagi asik-asiknya makan dan ngobrol, tiba-tiba hujan lebat aja euy. Badaaai badaaai. Di tengah-tengah summer gitu kok ya tiba-tiba badai. Untungnya masing-masing udah pada siap dengan payung, jas hujan, dkk. Tapi tetep aja, karena pada pake celana pendek, kedinginan pun tak dapat dihindarkan, mana sepatunya jadinya basah kayak abis maen aer di kolam.
Abis kejepit selama hampir setengah jam di tengah jalan itu, cuma berlindung di bawah tenda-tenda milik yang punya street food, Vera ngajak pergi ke cafe kopi favoritnya dia. Mariii kita cari minuman hangat. Surprise, surprise! Ternyata ga salah kalo tempat yang kami datengin jadi favoritnya Vera. Interior dalamnya itu looooh bagaikan lagi minum-minum di dalam Istana di Roma (padahal belum pernah ke Roma). Sepanjang dinding dan langit-langit isinya lukisaaaan semuaaa. Canteeeekkk!! Trus yang tadinya cuma pengen minum kopi, jadi pada pesen kue-kue juga karena ngiler ngeliat gambar-gambarnya di menu. x)
Berhubung jam kemudian udah menunjukkan hampir jam 7 malem, trus udah ga mau kemana-mana, jadi pulang aja deh. Eh tetapi, trus baru inget pas di perjalanan pergi tadi gue ngeliaaat….. IKEA! 😆 Jadi lah sebelum pulang, mampir dulu ke IKEA dooong. Karena gue butuh beli-beli barang buat perlengkapan apartemen yang kali ini kosong melompong, ga kayak di Swedia dulu yang dateng-dateng tinggal pakek, jadi deh keliling-keliling IKEA buat beli selimut, mangkok, dkk. Toh pikirnya cuma bawa satu backpack gini, gak papa deh gotong-gotong barang ntar pas pulang ke Jerman. 😛 Pas nyampe IKEA, trus Mari mengeluarkan fakta bahwa dia belum pernah ke IKEA sama sekali. OMG! Setahun hidup di negara yang melahirkan IKEA, IKEA pertama doi malah di Hungaria!! 😆 Tapi ya IKEA paling deket juga 1.5 jam sih dari Karlskrona dulu. Nasib tinggal di kampung.
Pulang dari IKEA udah hampir jam 10 malem, ternyata ortu dan adiknya Vera nungguin kita doooong buat makan malaaam. Aduuuh, jadi ga enak malah nungguin turis-turis kece ini. Tapi pas mulai makan, perasaan ga enak pun jadi hilang, karena masakan Ayam khas Hungaria dari mamanya Vera, OMG, enaaaaaak!! Ga lama bokap Vera ngeluarin wine dan bir buat yang pada pengen minum. Trus kalo kemarinnya diputerin lagu-lagu Bali, kali ini diputerin lagu Jepang, karena beliau juga ternyata demen sama Jepang. Dih, pas banget yang dateng turis-turis dari negara yang didemenin ama mereka yaaaa.. x) Oiya, pas makan juga, Vera yang tau kalo gue suka masakan pedas (Indonesian people love crazy hot foood), menawarkan gue buat nyobain paprika pedas khas Hungaria. Lumayan mantap lah buat memuaskan nafsu makan pedes gue. Eh si Om pun ndak mau kalah, karena katanya suka pedes juga, jadi kami perang, siapa yang bisa makan cabe paling banyak. x) It was a good night. Dan lagi-lagi kami tidurnya jam 2 pagi.
Cewe-cewe cantik tapi kebo ini pun besokannya tetep bangun jam 10 pagi, dan mulai jalan dari rumah jam 1 siang. Lagi! 😆 Kali ini dilepas jalan-jalan sendirian dulu sama Vera, karena doi mau ga mau harus kerja nyelesein thesisnya. Kami janjian ketemu lagi jam 4 sore di depan St. Stephen’s Basillica. Berbekal roti yang udah disiapin mamanya Vera, dan ga lupa masukin bikini ke tas (karena tujuan akhir jalan-jalan hari ini adalah ke tempat Mandi :-P), berangkatlah dua cewe Asia yang keliatan banget turis! Diwanti-wanti sama Vera, harus hati-hati sama barang bawaan. Biasanya sih aman, tapi berhubung kami berdua keliatan banget kayak turis asli, jadi bisa jadi inceran kejahatan gitu deh. Gue dan Mari pun berencana jalan-jalan dulu ke Pulau yang di tengah-tengah sungai Danube, karena katanya lagi ada festival anak-anak muda di situ. Tetapi oh tetapi, berhubung turis Asia ini gak afdol kalo ndak foto-foto dan tentunya sekarang di tambah bikin-bikin pilem pendek. Jadinya selama 3 jam jalan-jalan kami cuman ngiterin kota ngeliat2 toko suvenir dan ke Gedung Parlemen aja x) But it was enough! It was awesome! Udah puas, trus kami duduk-duduk di depan St. Stephen Basillica nungguin Vera.
Udah nunggu hampir 30 menit, ternyata si kami nungguinnya di ujung sini, dan Vera nungguinnya di ujung sono. Untung trus ngenalin perawakan masing-masing. Pake dadah-dadahan dulu buat meyakinkan diri, baru deh berpelukan. x) Kami bertiga masuk dulu ke Basilika-nya yang keren abis, dan mendaki tangga buat naik ke kubah-nya, biar bisa ngeliat sekeliling kota Budapest dari atas. Wuiiiih, guenya sih takut ya, kan takut ketinggian, tapi pemandangannya yahud! Jadi sukaaaaa!
Next! main attraction for the day nih, dan yang gue nanti-nantikan sejak memutuskan untuk jalan-jalan ke Budapest. Selain paprika, sejarah dan kotanya yang emang ciamik, Budapest ini terkenal dengan tempat-tempat Mandi (bath places) khas Turki dan Romawi. Yang isinya ya kolam-kolam air hangat buat berendam! Setelah setahun tinggal di negeri es (palsu sih, lah saljunya cuma 2 minggu ~ tetep sewot), berendam di air hangat ini sangat kami nanti-nanti! Apalagi si Mari yang mana budaya di Jepang sono tiap kamar mandi ada bak buat berendam. Vera pun menggiring kami pergi ke tempat mandi yang paling terkenal, Széchenyi-gyógyfürdő.
5 jam loh kami habiskan di sini. Dari nyoba thermal pool yang ada atraksi ombak melingkar yang bikin kami putar-putar (bingung deh ngejelasinnya), berenang beneran alias bolak balik kolam yang dingin buat berolahraga (Mari said bye bye karena dia ga bisa berenang dengan baik dan benar), nyoba kolam yang 40 derajat celcius, sauna yang 90 derajat celcius (gue cuma kuat 30 detik di dalam) yang terus dinormalkan dengan berendam di air 10 derajat celcius, spa yang 60 derajat celcius (gue cuma kuat 30 detik juga, gile udah bukan orang Indonesia lagi ini keknya), sampe sante-sante doang di kolam ga bergerak saking enaknya. Kalo ke Budapest, kalian harus ke sini! WAJIB! Selain bikini (ato baju renang lah pokoknya), jangan lupa bawa sendal jepit dan penutup kepala buat berenang (cuma buat di kolam sport yang dingin itu). Berhubung Vera baik hati banget, dan ngerti banget kalo turis berdua ini kagak ngerti apa-apa, jadi dia yang bawain itu semua buat kita. Handuk juga bawa sendiri ya. Bisa sih pinjem, tapi kan bayar lagi. Maklum ane kere, handuknya minjem jugak dari rumah Vera. 😆
Pulang dari mandi-mandi, Vera ngajak party-party *halah*, sekalian ngeliat Ruin Pub di kota Budapest. Aslinya karena capek, party-nya cuma ke satu pub aja yang isinya anak-anak muda *cieh*. Vera dan Mari pesan bir, sementara gue yang ga doyan bir, pesennya Mojito 😛 Plus ditraktir Vera semacam pancake omelette khas hungaria yang kerasa banget keju plus bawang putihnya. Enak, nyam! Ga nyadar ngobrol-ngobrol tau2 udah jam 12 malem aja, dan kami ketinggalan metro terakhir buat pulang. Hiahahaha. Akhirnya berlari-larian buat naik bis, itupun yang tujuan akhirnya ga nyampe rumahnya Vera. Dari perhentian bis, Vera pun mesen taksi buat pulang. Nyampe rumah jam 1, dan lagi-lagi kami tidur jam 2 pagi. x)
Tentu saja besoknya bangun jam 10 pagi lagi, dan kami mulai jalan-jalan jam 12 siang. Kali ini ga pake sarapan banyak dulu di rumah, karena tujuan pertama hari itu adalah nyari Langos, makanan khas Hungaria. Abis memuaskan hasrat makan Langos, kami santai-santai duduk-duduk di depan National Museum-nya Budapest. Ga masuk museum-nya karena ga mau bayar. Jadi duduk-duduk tidur-tiduran aja di rumput depan pintu masuknya. Bener-bener turis yang malas. x)
Dari museum, sempet mampir dulu ke toko suvenir, trus mulai deh perjuangan mendaki gunung. Kenapa mendaki gunung? Karena kami menuju Gellért Hill di Pest. Salah satu tempat yang wajib dikunjungi juga kalo di Budapest, di mana kita bisa ngeliat pemandangan kota Budapest dari ketinggian 235 meter! Heran deh, tiga hari berturut-turut ini kerjaan mendaki mulu. Mesti nih betis udah kagak bisa dipakein boots selutut lagi deh, ga muat! Begitu mulai mendaki, duh, baru deh berasa tuek. Walopun selama mendaki gue bentar-bentar berenti, ngos-ngos-an dan bersuwersuwer sepanjang jalan, begitu nyampe atas, it all worth it! 😆 Budapest is really BEAUTIFUL!
Turun dari Gellért Hill, Vera menggiring kami untuk nyobain moda transportasi air-nya. Kali ini nyebrang ke Buda pakai kapal. Yay yay! Jadi selama hampir 5 hari di Budapest ini, berkat tiket 10 euro (yang aslinya buat bulanan itu), kami kemana-mana udah ga perlu mikir bayar lagi. Semua moda transportasi di Budapest kami coba. Metro, bis, trem, kapal. Yang ga dicoba cuma naik sepeda aja deh. Eh, trus yang pake bayar cuma waktu itu pesen taksi karena ketinggalan kereta terakhir x)
Nah, di hari terakhir di Budapest ini, akhirnya kami pulang cepet juga nyampe rumah :p ortu dan adiknya Vera udah ga di rumah karena besokannya mereka ada acara keluarga di tempat kakek-nenek-nya Vera. Jadi lah rumah cuma milik kami bertiga. Di mulai dengan wine testing, acara di rumah dilanjutkan dengan curhat-curhatan dong tentunya. Kali ini kami tidur jam 3 pagi! 😆 Tidur juga cuma bentar, karena jam 8 teng udah harus berangkat dari rumah, berhubung kereta balik ke Jerman jam 9 pagi aja gitu. x)
Tibalah saat-nya buat pisah sama Vera dan Budapest. It was a very memorable trip! Senengnya karena selama tiga hari kami bisa menikmati jalan-jalan baik sebagai turis maupun sebagai warga lokal. Setelah say bye-bye to Vera, kami pun dihadapkan dengan kenyataan bahwa keretanya penuh sodara-sodariiii… Turis kere berdua ini beli tiket kereta ga pake reservasi tempat duduk x)
Mana ternyata karena itu hari Sabtu, yang naik kereta rameee. Dan banyak juga yang model ga reservasi tempat duduk kayak kami. Rata-rata emang backpackers sih. Anyway, jadilah selama 1 jam perjalanan pertama kami berdiri ria. 😛 Setelah melewati beberapa stasiu, baru deh ada tempat-tempat kosong buat kami duduk. Setelah naruh tas, segala macam, tepar lah ini dua bocah selama perjalanan sampe Wien.
Dan sekarang horror story-nya ya. Begitu nyampe Vienna, kereta udah mulai lumayan sepi. Gue sama Mari pun memutuskan untuk pindah tempat duduk yang lebih enakan. Karena sebelumnya kami duduk di posisi yang berhadap-hadapan dengan penumpang lain. Ga enak bok, dikit-dikit kaki ketendang atau nendang kaki orang. Setelah nemu dua kursi kosong terdekat, kami pun pindah. Daaaaan gue pun menyadari kalo backpack gue udah ga ada lagi di tempatnya (di rak atas kepala gue). Setelah berbingung-bingung selama beberapa detik, baru deh nyadar, kalo daku sudah kemalingan, sodara-sodari 😥
Selain tas tambahan yang isinya selimut yang beli di IKEA dan jaket gue, semua barang-barang ada di dalam backpack gue dong. Setelah menerima kenyataan bahwa itu semua hilang, gue pun duduk menenangkan diri sementara Mari keliling kereta nyariin petugas dan screening sapa tau tas gue ditinggalin di posisi lain di kereta sama malingnya. Masih syukur sih, karena iPhone gue taroh di saku celana gue, dan kunci apartemen ada di saku sebelahnya, dan tiket kereta gue pegang sepanjang jalan. Tapi dompet beserta isinya (kartu-kartu bank dan paspor) ilang lang lang lang lang..
Masih syukur juga di situasi itu, batere hape gue masih ada 20 persen, kereta ada Wifi-nya dan gue masih punya skype credit. Gue langsung nelpon ke semua bank buat blokir kartu-kartu gue. Ga berapa lama, Mari datang dengan tangan hampa. Doi ngasih tau kalo ada Information service di gerbong dekat kelas 1, tapi pas doi ke sana, gak ada yang jaga. Jadi lah ga berapa lama, setelah urusan telpon menelpon beres, gue ke tempat itu dan nungguin petugas datang. Begitu ada petugas, gue langsung cerita menjelaskan kejadiannya, daaaaan ga ada pertolongan apa pun dari mereka. Kalo ilang ya ilang aja, katanya. Mereka gak bisa bantuin apa-apa, bahkan nyatet kejadiannya aja ga mau, karena katanya ga penting, cuma buat statistik aja. Ngik. Melengos deh hatiku. Maka sisa perjalanan sampe Munich gue habiskan dengan berlara hati dan dikit-dikit mewek. Untung ada Mari, kalo ga, kan drama banget itu sendirian.
Sesampenya di Munich, kami punya waktu 1 jam untuk transit. Gue langsung pisah sama Mari, dia bilang dia screening kereta sekali lagi deh, soalnya pan pas semua orang udah pada turun. Sementara gue melesat ke bagian customer service, buat ngelaporin masalah kecurian ini. Udah antri bentar yang rasanya beratus tahun, ternyata daku disarankan untuk pergi ke bagian Lost and Found. Lah iya juga sih, tapi kan tadi ga kepikiran. Sambil lari-lari, gue nyari bagian Lost and Found. Begitu nemu dan cerita lagi, eh malah katanya salah tempat lagi. Harusnya lapor ke polisi. Haaaaah?? Ini waktu mepet begimana mo ke kantor polisiiiiii. Ngeliat tampang desperate gue, si mbak pun ngasih tau, kalo kantor polisinya nemplok kok di stasiun. Dih, mbak, pan bilang dari tadi biar sayah ga makin panik.
Ngeliat jam yang tinggal 30 menit lagi waktu transit, gue lari-lari lagi buat nyari kantor polisi, yang masuknya bingung dari mana. Adduh, ribet ah. Sampe akhirnya ada pak polisi yang keluar dan gue nahan pintunya supaya bisa masuk. Huehehe. Pas bianget. Masalah datang lagi pas lapor polisi, (sebenernya dari awal sejak di customer service sih), mereka-mereka ini bahasa inggrisnya pada ga bagus ya. Hiks. Tetiba gue langsung kangen banget sama Swedia. Yang tadinya pengen jelasin dengan cepat-cepat pun karena takut ketinggalan kereta balik ke Kaiserslautern, jadinya harus ngomong-nya pelan-pelan biar pada ngerti.
Untung lagi, urusan kelar 10 menit sebelum kereta berangkat. Tugas berikutnya, nyariin Mari karena tadi pas pisah ga janjian ketemuan di mana. Mana ini anak berdua kan masih pada ga punya nomer Jerman, dan ga bisa nelpon-nelponan deh jadinya. Gue berdoa aja semoga Mari sepinter gue, nungguinnya di bagian informasi. Syukur deh emang anaknya pinter. The day was saved karena kami bisa naik kereta berikutnya ke Kaiserslautern. Walopun paspor gue ilang, dan tentunya semua kartu identitas lainnya, gue ga khawatir buat naik kereta, karena tiketnya masih pake model lama yang ga perlu pake ngecek-ngecek ID. Untungnya kami ga pake metode Online Ticket. Mesti udah berbekal surat keterangan dari polisi, kalo kami pake Online Ticket, bakal tetep jadi masalah.
Untungnya lagi, kunci apartemen gue taroh di saku celana, jadi sesampenya di Kaiserslautern, ga terlantar. Tapi tetep aja stress karena gue harus ngurus semua semua semua semuanyaaaa. Plus gak ada duit. 😥 Jadinya sampe sekarang pun, paspor gue belum jadi ini. Karena gue baru bisa narik duit dari bank di sini minggu lalu, baru den bisa fotokopi ini itu, ngeprint ini itu, bayar-bayar ke Kedutaan dan punya duit buat ngirim dokumen ke Frankfurt. Ribet kan? Iya! Ga usah diceritain lebih detail lagi deh ya. Udah pada mabok ini keknya. 😆
Jadi lah postingan tentang jalan-jalan ke Budapest ini, potonya dikit banget kan. Soalnya kamera gue juga ikutan ilang. Hiks. Dan gue jaraaaaaaang banget poto-poto pake iPhone, karena lebih difokuskan buat bikin pilem pendek. x)
Huft. Begitulah cerita jalan-jalanku ke Budapest. Ada-ada aja ya gue ini.
*menanti komen klasik: “kurang sedekah sih, kakak.” dan “semoga dikasih yang lebih baik.” 😛
Hari Selasa tanggal 13 Mei 2014 kemarin, gue sempet maen ke Helsingborg.
Sehari sebelumnya gue memang ada janji di Kedutaan Jerman di Stockholm, dan berhubung gak ada kuliah sampe hari Jumatnya, jadilah hari Jumat minggu sebelumnya gue tanya-tanya Bebe kalo-kalo gue bisa maen ke Helsingborg. Dari Stockholm gue ga langsung ke Helsingborg, tapi Senin malamnya itu gue nginep dulu di Lund. Baru deh besokannya pp Lund-Helsingborg-Lund. Kenapa ke Lund dulu? Karena: (1) udah punya kenalan buat nginep gratisan, (2) jarak dari Lund-Helsingborg cuma 45 menit dan yang paling penting (3) harga tiketnya malah jadi murah meriah 😆
Demi memaksimalkan acara jalan-jalan gue, gue berangkat dari Lund naik bis jam 7.25 pagi dan beli tiket balik untuk jam 19.30. Karena gue nyampe pagi-pagi banget di Helsingborg, dan tentunya belum bisa langsung ketemu dengan the gembil baby Jo, jadilah gue membolang jalan-jalan di kota Helsingborg sendirian. Rada sedihnya pas hari itu cuacanya mendung dan kadang dikit-dikit hujan 😥 Kalo cerah ceria sebenernya bisa naik ferry dan dalam 15 menit, udah bisa nyampe luar negeri, alias Helsingør, Denmark. Kotanya itu sendiri keliatan jelas dari pinggiran Helsingborg, walopun cuaca rada jelek. Well, maybe next time yaaa 😦
Sehari sebelumnya gue udah nengok-nengok di internet, tempat wisatanya di Helsingborg ini apa aja. Gue pun tertarik buat pergi ke Kärnan dan Sofiero Palace, tapi ga ngecek-ngecek dong tempatnya di mana aja. Hihihi. Begitu nyampe stasiun kereta (sama terminal bis jadi satu), baru deh gue mengeluarkan senjata andalan: Google Maps! Baru deh tau kalo ke Kärnan cuma jalan 10 menitan aja dari stasiun, sementara kalo ke Sofiero dengan jalan kaki sekitar 58 menit (versi Om gugel). Berhubung ane orang Indonesia, kaliin deh tuh 58 sama 2, dan mikirnya males beli tiket bis kota, jadilah gue putuskan untuk jalan-jalan ke Kärnan aja.
Katanya sih Kärnan ini tingginya 35 meter, dan kalo naek sampe atap bisa lihat kota Helsingborg secara keseluruhan. Berhubung cuaca waktu itu mendung ga jelas, angin kenceng banget, dan gue kan takut ketinggian ya, mana jalan-jalan sendirian pulak, gue pun sempet menangguhkan keinginan buat mendaki tangga itu benteng. Tapi mengingat kalo ga naik takutnya gue nyesal, jadi lah dengan penuh tekad, gue berani-beraniin lah masuk ke bentengnya. Jujur ya, pas naik tangga buat masuk ke bentengnya aja, kaki gue udah mulai gemetaran, soalnya udah tinggi bok. 😆
Begitu masuk benteng dan beli tiket, sama penjual tiketnya malah ditawarin tiket kombinasi yang bisa dipake buat masuk 4 tempat wisata di Helsingborg, yaitu Kärnan, Sofiero Palace, Dunkers Kulturhus, dan musium terbuka Fredriksdal. Masuk Kärnannya sendiri harus bayar 40 Kronor, dan kata penjaga tiket, masuk Sofiero bayar 100 Kronor, jadi kalo gue masih mo jalan-jalan mending beli tiket kombinasi ini. Berhubung gue orangnya murahan dan apa-apa (sayangnya) suka nurut, jadi beli lah tiket kombinasi.
Karena udah punya tiket kombinasi, begitu perjuangan mendaki tangga dan melawan ketakutan atas ketinggian akhirnya gue lewati *lebay*, gue pun akhirnya jadi juga pergi ke Sofiero Palace. Sebelumnya gue mampir dulu ke Dunkers Kulturhus yang bangunannya jadi satu dengan biro turis (Turistbyrå). Beli tiket bis dulu di sana daripada harus jalan kaki bolak balik 3 jam *lebay*. Belinya 2 single tickets. Halte bis-nya sekitar 5 menitan juga jalan dari biro turisnya. Perjalanan ke Sofiero sendiri sekitar 15 menit.
Nyampe Sofiero, gue berasa jadi Alice in Wonderland. Karena dimana-mana banyak bungaaaaaa! Dan bagus-baguuuuus!
Ga terasa udah hampir 2 jam aja gue muter-muterin itu tempat sendirian, dan baby Jo dan emaknya udah siap aja buat menyambut diriku. Sekitar jam 1-an gue akhirnya ketemuan dengan Bebe dan bayinya 🙂 Makan siang bareng dan sempet jalan sebentar di sekitaran Gamla Stan (Old Town)-nya Helsingborg. Di sela-sela itu sempet disibukkan dengan masang plastic cover buat stroller-nya baby Jo, karena tiba-tiba kok hujan rintik-rintik. Setelah berhasil cover-nya terpasang, hujannya malah berhenti. 😆
Dari jam 3-an sampe jam 7, waktu gue habiskan di rumah-nya Bebe. Senengnya bisa gendong-gendong bayi. Hihi. Berhubung ponakan gue juga lahir di Pontianak di hari yang sama dengan lahirannya Baby Jo, jadi anggaplah kayak gendong ponakan sendiri ya. Mana baby Jo ini anteng sekali, sodara-sodari! Seneng kali dia bisa ketemuan ama tante imut ini *halah* 😆 Sempet ketemu papa Bubu juga yang ternyata emang iseng deh orangnya x)
Jam 7, gue pun cabut dari tempatnya Bebe, langsung menuju stasiun kereta buat naik bis balik ke Lund. Bis-nya telat 15 menit aja gitu, gue hampir menggigil kedinginan itu nungguinnya. Meskipun begitu, kedinginan menunggu tergantikan dengan pemandangan ladang bunga Raps sepanjang jalan. Kuniiiiiiing! My favourite colour of all time! Silakan di liat di Link di bawah, video dari instagram gue ^^
Foto-foto lebih banyak waktu di Kärnan dan Sofiero ntar di postingan lain yaaa 😛 I had a great time in Helsingborg! Makasih Bebe buat fika dan nasi gorengnya, sampai ketemu lagi ya kitaaaa.. ^^
Buat yang pengen jalan-jalan ke Helsingborg, berikut perkiraan biaya yang butuh dikeluarkan dalam sehari (ga pake nginep loh ya).
Dan gue kok makin jarang nulis blog.. Huhuhuuu! Alasan klasik: (sok) sibuk! 😆
Jadilah rangkuman bulan ke-tujuh dan ke-delapan ini dijadiin satu aja deh. Sebenernya gue sendiri sampe lupa ada apa aja 2 bulan belakangan ini. Hahaha! Jadi gue tulis yang seinget gue aja deh dan ga berurutan lah tentunya 😛
Gue ditawarin buat masukin makalah ke suatu jurnal komputer gitu lah. Gara-garanya topik yang gue kerjain buat tugas Metodologi Penelitian gue nyambung sama “Call for Paper”-nya itu jurnal lah. Abstrak udah dikirim, katanya mo dikasih info diterima atau nggak tanggal 1 Mei, tapi sampe sekarang belum ada kabar. 😛 Tapi sejujurnya, ga tau ini sanggup ngerjain ini makalah apa nggak, karena ternyata mata kuliah yang gue (diharuskan) ngambil semester ini kok makin bikin mampus aja. 😥
Lagi ada dementor tinggal sama gue, tiap hari bikin bete ga jelas abis terganggu mulu. 😆
Lagi disibukin buat bikin Visa Jerman. Karena ijin tinggal gue di Swedia cuma sampe tanggal 30 Juni 2014 ini saja. Jadi mulai bulan Juli gue udah harus punya visa dari Jerman. Opsi lainnya ya perpanjang ijin tinggal di Swedia dan buat ijin tinggal di Jerman kalau udah di Jerman. Udah sempet ke Stockholm lagi cuma buat legalisir dokumen ke kedutaan Jerman buat buka akun bank di Jerman. Dan mungkin minggu depan ini gue ke Stockholm lagi buat nganterin dokumen2 yang diperlukan buat aplikasi Visanya. Ribet banget ya bok. Mana gue ini tinggal jauh dari ibukota, yang perjalanan naik kereta makan waktu 5-6 jam dan sekalinya bolak balik bisa habis 800-1000 Kronor. Hiks. *ngais-ngais tabungan*
Karena sudah masuk musim semi, walau masih dingin, cuaca sudah mulai sering cerah ceria. Minggu lalu gue sempet piknik doooooong! Enaknya tinggal di kampung di pinggir laut ini, kalo mo piknik, ngesot aja jalan 15 menit dari apartemen udah nemu tempat piknik kayak gambar di bawah ini. Enak yaaaa.. Dan tentunya, yang penasaran sama dedek bule, finally, tuh ada fotonya. Ayo ditebak yang manaaaa.. 😆
Salah satu tempat buat piknik di deket apartemenAyo yang mana dedek bulenya? 😛
Itu aja deh yang penting-penting yang gue inget. Lainnya seperti mahasiswa biasanya, kerjaan gue ada belajar dan belajar dan nonton pilem dan males2an di kamar. 😆
Karena tulisannya cuma dikit, gue pasang foto-foto aja yaaaaa!
Bed of flowers! Hutan belakang sekolah di musim semi.Waktu jalan-jalan ke Kalmar, tentunya mampir ke IKEA!salah satu puncak bukit di hutan belakang sekolah. tiap lari di situ, mesti ngelewatin ini nih!The Swan adores me!We can go swimming here in the summer!